Tiada singgah aku condong haluan
Ketika bulan penuh bergantung di mata jala
Ingatkan aku pulang menghadapmu
Bahwa badai telah lama mengendap di diriku
Kupahami saja gelombang sapaan kawan
Kupahami juga aku hamba yang terbuang
Laksana puntung hanyut ke lubuk dalam
Maka kupautkan bubut hatiku di tiang malam
Mata kailmu itu seolah alamat tak berpintu
Bagaikan peta buta, laut tak bertepi, dan sungai buntu tak berhulu
Hendaknya aku terdiam memeluk waktu dalam rumah tak berlampu
Aku agaknya tersesat arah oleh angin akal
Dan akhirnya terdampar juga dilautan dangkal
Andai doaku tak juga tersampaikan
Biar kutanam dalam amuk yang membadai
Ku kaji kitabmu tentang jalan menuju pulang
Tentang syair-syair yang kau timang-timang
Ini bukanlah mencari retak dalam belah
Alangkkah malu menjadi hambamu
Jika tak berani mendayung ke tujuanmu nan indah
Meski aral dan duri slalu saja menhadang
Lihatlah lembaran hitam ini, lekat dalam dadaku
Agar ranting anak-anak sungai dapat menyusu
Belajar mengecap pahitnya mmerindu karenanmu
0 komentar:
Posting Komentar